Urbanisasi dan Pergeseran Pola Penyakit Tidak Menular: Tantangan Kesehatan Masyarakat di Era Modern


Oleh :  Muhamad Fadil

Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman


IDNEWSUPDATE.COM  - Urbanisasi merupakan fenomena global yang tidak terhindarkan, termasuk di Indonesia. Perpindahan penduduk ke wilayah perkotaan meningkat pesat seiring dengan perkembangan ekonomi, industrialisasi, dan peluang pekerjaan yang lebih besar. Namun, proses urbanisasi ini tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga menimbulkan tantangan serius bagi sektor kesehatan. 

Salah satu dampak paling menonjol adalah meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, kanker, dan penyakit paru kronis. Pergeseran beban penyakit dari penyakit menular ke PTM menjadi isu penting dalam kesehatan masyarakat modern, terutama karena PTM membutuhkan penanganan jangka panjang dan biaya kesehatan yang besar. Urbanisasi mendorong perubahan signifikan dalam gaya hidup masyarakat. 

Peningkatan akses terhadap makanan cepat saji, konsumsi gula berlebih, serta produk pangan ultra-proses telah menyebabkan perubahan pola makan yang tidak sehat. Widiharti et al. (2025) menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup masyarakat urban, terutama pola konsumsi dan aktivitas fisik, menjadi faktor dominan meningkatnya kasus PTM di kota-kota besar Indonesia. Urbanisasi memicu transisi nutrisi, di mana makanan tradisional yang lebih sehat digantikan oleh makanan instan yang lebih praktis namun tinggi kalori, garam, dan lemak.        


Selain itu, gaya hidup sedentari juga semakin dominan di lingkungan perkotaan. Ruang terbuka hijau yang terbatas, pola kerja yang mengharuskan duduk dalam waktu lama, serta penggunaan transportasi motorisasi membuat aktivitas fisik masyarakat menurun drastis. Fadhilah et al. (2025) menemukan bahwa remaja di wilayah urban menunjukkan kecenderungan aktivitas fisik rendah dan pola makan yang buruk, yang pada akhirnya memicu risiko obesitas, hipertensi, dan diabetes sejak usia muda. 

Fenomena ini menjadi alarm penting bahwa PTM tidak lagi hanya menyerang kelompok usia dewasa, tetapi semakin banyak kasus muncul pada usia remaja akibat perubahan gaya hidup perkotaan. Faktor lingkungan fisik kota juga memainkan peran penting dalam meningkatnya PTM. Polusi udara, kepadatan penduduk, dan kualitas lingkungan yang buruk berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular dan gangguan pernapasan. 

Meski tidak secara langsung membahas polusi, Faradila (2025) menegaskan bahwa masyarakat urban cenderung hidup dalam lingkungan dengan risiko kesehatan yang lebih tinggi, namun memiliki tingkat kesadaran untuk mencegah PTM yang masih rendah. Kombinasi antara paparan lingkungan yang tidak sehat dan kurangnya perilaku pencegahan menempatkan penduduk kota pada risiko PTM yang lebih besar dibandingkan penduduk pedesaan.

Secara sosial, urbanisasi juga memicu stres psikologis akibat tekanan ekonomi, kompetisi kerja, dan mobilitas tinggi. Stres kronis, kurang tidur, dan ketidakstabilan emosional merupakan faktor risiko tambahan bagi PTM. Dalam studinya, Rusyda (2025) menjelaskan bahwa peningkatan prevalensi obesitas dan penyakit metabolik di Indonesia tidak hanya dipengaruhi faktor biologis, tetapi juga tekanan sosial-lingkungan yang lebih kuat di perkotaan. Dengan kata lain, urbanisasi menciptakan lingkungan yang “obesogenic”, yaitu lingkungan yang mendorong perilaku berisiko bagi kesehatan.

Kelompok usia remaja dan dewasa muda menjadi populasi yang paling rentan. Penelitian Romdzati et al. (2024) mengenai Posbindu PTM di daerah urban DIY menunjukkan bahwa deteksi dini risiko PTM perlu diperkuat karena banyak gejala awal tidak disadari oleh masyarakat. Kurangnya pemeriksaan kesehatan rutin dan rendahnya literasi kesehatan memperparah keterlambatan diagnosis. Padahal, keberhasilan penanganan PTM sangat bergantung pada deteksi dan intervensi awal. Tantangan urbanisasi terhadap kesehatan masyarakat menuntut adanya pendekatan komprehensif dan multisektor.

Pemerintah perlu mengembangkan perencanaan kota sehat (healthy urban planning), termasuk penyediaan ruang publik untuk aktivitas fisik, pengendalian iklan makanan tidak sehat, serta kebijakan akses pangan sehat yang terjangkau. Penguatan layanan kesehatan primer juga sangat penting untuk memastikan deteksi dini PTM dapat dilakukan secara efektif dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat urban.

Selain intervensi struktural, edukasi kesehatan dan perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci utama. Kesadaran untuk melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, mengurangi konsumsi gula dan garam, berhenti merokok, serta melakukan pemeriksaan kesehatan rutin perlu terus ditingkatkan. Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengendalikan eskalasi PTM di era urbanisasi modern. 

Secara keseluruhan, urbanisasi telah mengubah lanskap kesehatan masyarakat Indonesia dengan mempercepat transisi epidemiologis menuju dominasi penyakit tidak menular. Jika tidak diimbangi dengan kebijakan kesehatan yang tepat, beban PTM akan semakin meningkat dan mengancam kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, penanganan PTM di wilayah urban harus menjadi prioritas utama pembangunan kesehatan nasional.


Daftar Pustaka

Fadhilah, S., Rusliani, D. M., Nuryati, A., & Suryantara, B. (2025). Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular pada Remaja Karang Taruna: Skrining dan Upaya Pencegahan. Room of Civil Society Development, 4(1), 222–233. https://doi.org/10.59110/rcsd.537

Faradila, P. A. (2025). Upaya Membangun Kesadaran Masyarakat dan Deteksi Dini terhadap Penyakit Tidak Menular di Kelurahan Simomulyo Baru , Kota Surabaya Abstrak Jurnal Pengabdian Nasional ( JPN ) Indonesia. 6(2), 434–443.

Romdzati, Firmawati, E., Astuti, D. D., & Meylawati, F. (2024). Detection of non-communicable diseases among adolescents as an effort to enhance community participation. Community Empowerment, 9(11), 1601–1607. https://doi.org/10.31603/ce.11877 Abstract

Rusyda, A. L. (2025). Exploring the Non-Communicable Disease Burden in Indonesia – Findings from the 2023 Health Survey. Indonesian Journal of Public Health Nutrition, 5(2), 146–159. https://doi.org/10.7454/ijphn.v5i2.1064

Widiharti, Sari, D. J. E., Pratama, F. H. S., Rismiadi, H. Y. V., & Saputri, S. N. (2025). Inovasi Pencegahan Penyakit Tidak Menular Pada Remaja Melalui E-Health di Desa Munggugianti. DedikasiMU (Journal of Community Service), 7(3), 343–348.