
Analisis dari dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University, Sonni Setiawan, menyebutkan bahwa kondisi cuaca yang memicu banjir ini bukanlah gejala umum. Ia menyoroti pembentukan siklon tropis yang sangat dekat dengan ekuator, bahkan di bawah lintang 5 derajat, sebagai hal yang menarik perhatian para meteorologis.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Siklon Tropis Senyar berasal dari bibit siklon 95B dan berkembang menjadi siklon tropis dengan kecepatan angin maksimum 43 knot (80 km/jam). Penamaan Senyar sendiri berasal dari India sesuai aturan kawasan North Indian Ocean, meskipun dampaknya terasa hingga Indonesia.
Dosen Meteorologi sekaligus Ketua Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Dr. Deni Septiadi, menambahkan bahwa siklon ini membuka babak baru dalam pemahaman dinamika cuaca di kawasan Samudra dan Benua Maritim Indonesia.
"Para peneliti meteorologi melihat Senyar bukan hanya sebagai badai tropis pertama yang mengalami genesis di lorong sempit Selat Malaka, tetapi sebagai fenomena yang membuka babak baru pemahaman kita tentang cuaca ekstrem di Benua Maritim Indonesia (BMI)," terangnya.
Deni menekankan bahwa fenomena ini bukan sekadar anomali, melainkan bukti konkret bahwa sistem atmosfer di kawasan ekuator semakin dinamis dan tidak lagi dapat diprediksi dengan pola lama. Catatan BMKG dan citra satelit menunjukkan cakupan hujan ekstrem yang luas, mencapai 200-400 milimeter per hari, yang setara dengan miliaran ton air jatuh dalam sehari di wilayah Sumatra. Hal ini menjelaskan meluasnya banjir dan longsor, bahkan di daerah yang sebelumnya tidak teridentifikasi sebagai titik rawan.
"Senyar merupakan titik penting dalam sejarah meteorologi nasional. Pembentukan siklon ini melampaui pakem ilmiah yang selama ini diyakini. Senyar adalah satu-satunya siklon tropis yang genesisnya (asal mulanya) terjadi di kanal sempit Selat Malaka, sehingga layak disebut sebagai salah satu badai tropis paling anomali dalam sejarah meteorologi Indonesia," ungkapnya.
Meskipun Indonesia bukan jalur utama siklon tropis, dampak Siklon Senyar terbukti signifikan. Siklon ini mempercepat pembentukan awan hujan skala luas, memperkuat angin muson, dan memicu hujan ekstrem yang menimbulkan banjir bandang. "Dampaknya memang tidak sebesar daerah di luar batas lintang tersebut, tetapi potensi hujan ekstrem dan angin kencang tetap perlu diwaspadai," lanjutnya.
Sumber : mediaindonesia.com