Fenomena ini menciptakan situasi paradoks, di mana angka pengangguran jangka panjang mengalami peningkatan, sementara di sisi lain, berbagai sektor industri justru dilaporkan mengalami kekurangan tenaga kerja.
Salah satu indikator yang paling terlihat adalah perlambatan pertumbuhan lapangan kerja. Survei Federal Reserve Bank of Philadelphia menunjukkan bahwa ekonomi AS diperkirakan hanya akan menciptakan rata-rata 57.000 lapangan kerja per bulan pada kuartal pertama 2026.
Angka tersebut jauh menurun jika dibandingkan dengan periode sebelum pengumuman tarif "Liberation Day" oleh Presiden AS Donald Trump, yang mencatat rata-rata 147.000 lapangan kerja baru per bulan. Sejak pengumuman tersebut, pertumbuhan lapangan kerja melambat menjadi sekitar 38.600 per bulan.
Faktor Pemicu Perlambatan Pasar Kerja
Perubahan kebijakan tarif dan perdagangan yang sering terjadi menjadi salah satu penyebab utama perlambatan ini. Ketidakpastian mengenai biaya di masa depan membuat banyak perusahaan menunda rencana ekspansi maupun perekrutan karyawan. Para pemimpin bisnis dan ekonom sepakat bahwa fluktuasi kebijakan perdagangan merupakan faktor krusial yang menghambat dinamika pasar kerja.
Selain itu, adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) juga memberikan pengaruh signifikan. Goldman Sachs memprediksi bahwa AI berpotensi menggantikan 6 hingga 7 persen dari total pekerjaan yang ada. Namun, sejarah menunjukkan bahwa inovasi teknologi sering kali juga menciptakan lapangan kerja baru di sektor yang sebelumnya belum pernah ada.
Kebijakan imigrasi yang semakin ketat turut memperparah situasi. Federal Reserve Bank of San Francisco memperkirakan jumlah imigran yang masuk ke AS pada tahun 2025 hanya sekitar 500.000 orang, penurunan drastis dari 2,2 juta orang pada tahun 2024. Dengan berkurangnya pasokan tenaga kerja dari imigran, beberapa sektor industri kesulitan memenuhi kebutuhan pekerja, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Masih belum jelas sejauh mana perlambatan pertumbuhan pekerjaan disebabkan oleh penurunan permintaan tenaga kerja versus pasokan tenaga kerja," ujar Preston Caldwell, Kepala Ekonom AS di Morningstar, seperti dikutip dari Investopedia.
Paradoks ini memiliki implikasi yang luas, termasuk terhadap kebijakan suku bunga dan keputusan investasi. Beberapa pejabat Federal Reserve berpendapat bahwa permintaan tenaga kerja menurun lebih cepat daripada pasokan, yang berpotensi menaikkan tingkat pengangguran. Dalam skenario ini, bank sentral mungkin akan mempertimbangkan penurunan suku bunga untuk mendorong perekrutan, meskipun efektivitasnya tidak dapat dijamin.
Secara keseluruhan, tahun 2026 diprediksi menjadi tahun yang penuh tantangan bagi pasar kerja Amerika Serikat. Pencari kerja perlu bersikap lebih selektif dan strategis dalam mencari peluang, sementara perusahaan dituntut untuk berhati-hati dalam merencanakan strategi perekrutan dan ekspansi bisnis mereka.
Sumber : viva.co.id

Posting Komentar