IDNEWSUPDATE.COM - Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam pola komunikasi organisasi, baik di sektor pemerintahan, swasta, maupun pendidikan. Digitalisasi mendorong organisasi untuk beradaptasi dengan sistem komunikasi yang lebih cepat, terbuka, dan berbasis platform digital. Kondisi ini menjadi perhatian utama dalam kajian akademik mahasiswa Ilmu Komunikasi, termasuk yang dibahas dalam kelas A Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya, Anita Aprillia Wulansari (1152400005), menilai bahwa implementasi komunikasi organisasi di era digital tidak hanya berkaitan dengan penggunaan teknologi, tetapi juga menyangkut perubahan budaya komunikasi di dalam organisasi. Menurutnya, platform digital seperti email institusional, aplikasi perpesanan internal, hingga sistem manajemen informasi berbasis daring telah menjadi sarana utama dalam menyampaikan kebijakan, koordinasi kerja, dan pengambilan keputusan. “Digitalisasi membuat arus informasi lebih cepat, namun juga menuntut kejelasan pesan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman,” ujarnya.
Dalam praktiknya, komunikasi organisasi digital menuntut keterampilan baru bagi anggota organisasi. Tidak semua individu memiliki kemampuan literasi digital yang sama, sehingga perbedaan pemahaman teknologi dapat memengaruhi efektivitas komunikasi. Berdasarkan pengamatan di lingkungan akademik dan organisasi mahasiswa, Anita menilai bahwa hambatan komunikasi sering muncul akibat kurangnya etika komunikasi digital, seperti pesan yang ambigu, keterlambatan respons, atau penggunaan bahasa yang tidak sesuai konteks organisasi.
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNTAG Surabaya, Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A., menjelaskan bahwa komunikasi organisasi pada era digital harus tetap berpegang pada prinsip dasar komunikasi, yakni kejelasan pesan, kesesuaian saluran, dan umpan balik yang efektif. Menurutnya, teknologi hanyalah alat, sementara keberhasilan komunikasi tetap ditentukan oleh kemampuan komunikator dalam merancang pesan dan memahami audiens. Ia menekankan bahwa organisasi perlu memiliki pedoman komunikasi digital yang jelas agar setiap anggota memahami standar dan etika yang berlaku.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh beberapa akademisi komunikasi organisasi yang menilai bahwa digitalisasi membawa peluang sekaligus risiko. Berdasarkan kajian komunikasi organisasi modern, penggunaan media digital dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi, namun berpotensi menimbulkan overload informasi jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, organisasi dituntut untuk menyusun strategi komunikasi yang terstruktur, termasuk pembagian peran komunikator, pemilihan media yang tepat, serta evaluasi berkala terhadap efektivitas pesan.
Implementasi komunikasi organisasi di era digitalisasi juga berkaitan erat dengan kepemimpinan. Pemimpin organisasi dituntut mampu menjadi komunikator yang adaptif dan responsif terhadap perubahan teknologi. Dalam konteks ini, mahasiswa Ilmu Komunikasi diharapkan tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam praktik nyata, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat.
Melalui pembahasan di kelas A Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya, topik implementasi komunikasi organisasi di era digitalisasi menjadi refleksi penting bagi generasi muda untuk memahami dinamika komunikasi modern. Dengan memadukan pemahaman teoritis, etika komunikasi, dan kemampuan teknologi, mahasiswa diharapkan mampu menjadi komunikator yang kompeten dan bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan organisasi di era digital.
