Gaikindo Waspadai Ekspor Mobil Indonesia Terancam Jadi ‘Jago Kandang’



IDNEWSUPDATE.COM -  Asosiasi industri otomotif Indonesia, Gaikindo, menyoroti stagnasi dalam ekspor mobil nasional. Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto, menyatakan bahwa fokus industri yang terlalu lama pada pasar domestik, khususnya segmen MPV, menjadi penyebab utama. Kondisi ini membuat industri otomotif Indonesia kuat di dalam negeri namun kurang kompetitif secara global, berisiko menjadi 'jago kandang'.

Menurutnya, konsentrasi produksi yang hanya pada MPV selama bertahun-tahun tidak sejalan dengan kebutuhan pasar ekspor yang lebih beragam. Hal ini menyebabkan Indonesia kerap tidak siap memenuhi permintaan jenis kendaraan lain dari negara tujuan ekspor. Jongkie mengibaratkan kondisi ini seperti restoran yang hanya menjual satu jenis menu, sehingga tidak dapat melayani pesanan lain.

"Kalau enggak, kita jadi jago kandang," ujar Jongkie D Sugiarto baru-baru ini.

Ia menambahkan, "Dulu kita cuma konsentrasi ke MPV. Ibaratnya kita di restoran dagangannya cuma sop buntut doang. Begitu orang mau nasi goreng, ya nggak ada."

Diversifikasi Produk Kunci Meningkatkan Ekspor

Berbeda dengan Indonesia, Thailand dinilai memiliki portofolio produk yang lebih lengkap, meliputi MPV, SUV, sedan, hingga pickup. Fleksibilitas ini memungkinkan Thailand untuk memenuhi permintaan pasar global secara lebih baik, dengan catatan ekspor mereka mencapai 1 hingga 1,5 juta unit per tahun.

Sementara itu, ekspor mobil Indonesia diprediksi hanya mencapai sekitar 500 ribu unit tahun ini, peningkatan tipis dari tahun sebelumnya, namun masih jauh dari target pemerintah sebesar 1 juta unit. Jongkie menegaskan bahwa rendahnya angka ekspor juga dipengaruhi oleh peran prinsipal global, yang memiliki kendali penuh atas keputusan ekspor, bukan pabrikan lokal.

"Ekspor itu dikendalikan oleh prinsipel. Bukan pabrik di Indonesia yang bisa menentukan mau ekspor berapa. Bosnya ada di luar negeri," jelasnya.

Gaikindo menekankan perlunya Indonesia untuk memproduksi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan pasar ekspor. Tanpa diversifikasi produk, peluang ekspor akan terus beralih ke negara lain yang lebih siap.

"Kalau kita nggak bisa melayani kebutuhan pasar ekspor, ya orang pasti ambil dari negara lain. Itu yang harus kita perbaiki ke depan," tutupnya.

Sumber : viva.co.id