
Pakar dan praktisi Mindfulness, Kristianto Batuadji, S.Psi., M.A
IDNEWSUPDATE.COM - Dalam upaya meningkatkan ketahanan mental masyarakat urban dan memitigasi dampak psikologis dari paparan pemberitaan bencana, Disaster Network menyelenggarakan Mindfulness Practice Session. Kegiatan ini diadakan di C2O Library & Collabtive, Surabaya, pada Sabtu (6/12/2025) dan diikuti oleh beragam peserta, mahasiswa, dosen, psikiater, psikolog, farmasis, praktisi HR, wirausaha, hingga masyarakat umum.
Dr. Listyo Yuwanto, founder Disaster
Network, dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan memberikan
healing singkat dari hiruk pikuk kota sekaligus menjadi bentuk intervensi dini
untuk menjaga kesehatan psikologis di tengah banjir informasi, termasuk
berita-berita bencana. “Kita perlu membekali diri dengan teknik sederhana agar
pikiran tidak mudah terbawa ke mana-mana. Intinya adalah belajar hadir
sepenuhnya di momen saat ini, di sini dan saat ini,” ujarnya.
Sesi yang dimoderatori oleh Kate,
selaku ketua acara, dipandu langsung oleh pakar dan praktisi Mindfulness,
Kristianto Batuadji, S.Psi., M.A. Pembicara membuka workshop dengan pertanyaan
mendasar, “Apa sumber kebahagiaan kita?”. Salah satu peserta, Sulthan Rasyid,
menjawab spontan bahwa kunci utamanya adalah kemampuan untuk mensyukuri apa
yang ada. Kristianto pun menyambut dengan penegasan bahwa seringkali kita tidak
menyadari hal mendasar tersebut.
Peserta tidak hanya mendapatkan
paparan teori, tetapi juga langsung mempraktikkan berbagai teknik mindfulness.
Hal ini sejalan dengan harapan Sintya, seorang peserta yang pertama kali hadir
dan sejak awal berharap kegiatan ini dapat memberikannya pengalaman spiritual
melalui praktik langsung. Dari sesi praktik tersebut, beragam pengalaman pun
terungkap. Prof. Indrajati membagikan bahwa latihan pernapasan dalam (deep
breathing) membantunya memasuki ruang tenang di mana napas dan pikiran menjadi
selaras dan melambat. Sebaliknya, Kartika praktisi HR justru merasakan
kesulitan awal, Kristianto menjelaskan fenomena ini disebabkan oleh belum
adanya jangkar mindfulness yang kuat. Konsep jangkar ini kemudian memicu
diskusi yang mendalam. Dr. Frikson, menyampaikan pendapatnya bahwa dalam
konteks dunia kerja, jangkar mindfulness dapat diwujudkan dalam bentuk
self-talk atau afirmasi positif yang disengaja untuk menstabilkan fokus dan
emosi.
Sesi yang mendapat perhatian khusus
adalah praktik makan dengan penuh kesadaran (mindful eating). Peserta diajak
untuk benar-benar hadir dan menikmati setiap proses makan dan minum, sesuatu
yang jarang dilakukan dalam keseharian. Ibu Nurlita, seorang psikolog, mengakui
bahwa ini adalah pengalaman pertamanya dan mengungkapkan tantangannya saat aroma
makanan peserta lain sempat mengalihkan perhatiannya.
Dalam penutupan acara, Kate menyampaikan dua hal. Pertama mengenai respon peserta, peserta sangat antusias dan berharap ada sesi lanjutan dengan tema kesehatan mental positif lainnya. Kedua, acara ini memperluas jejaring komunitas di antara para peserta yang berasal dari beragam latar belakang.