Viral di Medsos: Tidur dengan Kipas Angin Picu Asam Urat? Ini Kata Dokter Spesialis!








IDNEWSUPDATE.COM -  Sebuah video viral di media sosial baru-baru ini mengklaim bahwa kebiasaan tidur dengan kipas angin yang diarahkan langsung ke tubuh dapat memicu penyakit asam urat, khususnya setelah kisah seorang remaja 17 tahun mencuat.  Klaim ini sontak menimbulkan kebingungan dan pertanyaan di kalangan warganet mengenai kebenarannya, memicu perdebatan sengit tentang hubungan antara paparan kipas angin dan kondisi kesehatan metabolik tersebut.

Narasi dalam video yang beredar mengilustrasikan pengalaman seorang remaja berusia 17 tahun yang didiagnosis mengidap asam urat. Menurut pengakuan dalam video tersebut, kondisi ini dikaitkan erat dengan rutinitas remaja tersebut yang terbiasa tidur pulas dengan hembusan kipas angin yang menargetkan tubuhnya secara langsung sepanjang malam. Sontak, cerita ini menimbulkan gelombang pertanyaan dan kekhawatiran di berbagai platform media sosial, mempertanyakan apakah benar ada korelasi ilmiah antara tidur dengan kipas angin dan risiko peningkatan asam urat.

Bongkar Mitos Kipas Angin dan Asam Urat

Menanggapi kehebohan yang terjadi, para ahli medis segera memberikan pencerahan untuk meluruskan informasi yang simpang siur. Dokter spesialis penyakit dalam, Aru Ariadno, dengan tegas membantah adanya hubungan kausal antara penggunaan kipas angin saat tidur dengan timbulnya penyakit asam urat. Menurutnya, klaim tersebut hanyalah sebuah mitos yang tidak memiliki dasar ilmiah.

"Tidur dengan memakai kipas angin langsung ke badan tidak menyebabkan peningkatan asam urat ataupun penyakit yang lain," ujar Aru, dengan jelas membantah anggapan yang beredar luas di masyarakat. Pernyataan ini secara efektif meredakan kekhawatiran yang sempat muncul dan menggarisbawahi pentingnya membedakan antara informasi medis yang valid dan rumor yang tidak berdasar.

Penjelasan Dokter Aru menegaskan bahwa sistem kerja kipas angin, yang hanya berfungsi untuk mengalirkan udara dan menciptakan efek pendinginan, tidak memiliki mekanisme biologis yang dapat memengaruhi metabolisme purin dalam tubuh atau proses ekskresi asam urat. Oleh karena itu, kekhawatiran tentang kipas angin sebagai pemicu asam urat sepenuhnya tidak berdasar secara medis. Mekanisme tubuh dalam mengatur kadar asam urat jauh lebih kompleks dan tidak dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal sesederhana hembusan udara.

Penyebab Asam Urat yang Sebenarnya: Melampaui Mitos Pendingin Udara

Jika kipas angin bukanlah biang keladi, lantas apa sebenarnya penyebab penyakit asam urat yang kerap kali mengganggu ini? Dokter Aru menjelaskan bahwa asam urat merupakan suatu penyakit metabolik yang kompleks, dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik dan gaya hidup. Pemahaman yang benar tentang penyebab utamanya sangat krusial agar masyarakat dapat mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang tepat.

Faktor Genetik: Predisposisi Alami

Salah satu penyebab utama asam urat adalah faktor genetik atau keturunan. Individu dengan riwayat keluarga penderita asam urat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Ini menunjukkan adanya predisposisi genetik dalam kemampuan tubuh untuk memproses dan mengeluarkan asam urat secara efisien. Gen tertentu dapat memengaruhi bagaimana ginjal menyaring asam urat atau bagaimana tubuh memproduksi asam urat dari pemecahan purin.

Pola Makan yang Buruk: Konsumsi Tinggi Purin

"Pada prinsipnya asam urat itu suatu penyakit metabolik yang diakibatkan oleh biasanya karena genetik atau gangguan pola makan, di mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam urat akibat pemecahan purin. Jadi, bukan karena kipas angin," jelas Aru menegaskan, memfokuskan perhatian pada inti permasalahan.

Asupan makanan tinggi purin merupakan pemicu utama lainnya. Purin adalah senyawa kimia yang secara alami ditemukan dalam banyak makanan, dan saat dipecah oleh tubuh, ia menghasilkan asam urat. Jika tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan asam urat ini, baik karena produksi yang berlebihan maupun gangguan ekskresi, maka akan menumpuk dalam darah (hiperurisemia) dan dapat membentuk kristal di persendian, menyebabkan nyeri dan peradangan yang khas dari serangan asam urat.

Contoh makanan tinggi purin meliputi:

  • Jeroan (hati, ginjal, otak)
  • Daging merah (sapi, kambing, babi)
  • Makanan laut tertentu (ikan teri, sarden, kerang, udang)
  • Minuman beralkohol, terutama bir
  • Minuman manis yang mengandung fruktosa tinggi

Kurangnya Serat dan Hidrasi

Selain makanan tinggi purin, pola makan yang kurang serat juga dapat berkontribusi pada risiko asam urat. Serat membantu proses pencernaan dan dapat membantu tubuh mengeluarkan zat sisa, termasuk sebagian produk metabolisme. Kurangnya asupan cairan atau dehidrasi juga dapat memperburuk kondisi, karena air memegang peran vital dalam membantu ginjal membuang asam urat dari tubuh melalui urine. Dengan hidrasi yang cukup, konsentrasi asam urat dalam darah cenderung lebih stabil.

Usia Muda pun Bisa Terkena

Dulu, asam urat sering dianggap sebagai penyakit orang tua yang umumnya menyerang individu di atas 40 tahun. Namun, seiring dengan perubahan gaya hidup modern yang serba instan, konsumsi makanan cepat saji, dan minuman manis, penyakit ini kini semakin banyak ditemukan pada usia muda, bahkan remaja, seperti kasus yang disebutkan dalam video viral. Fenomena ini semakin menekankan pentingnya edukasi tentang pola makan sehat dan gaya hidup aktif sejak dini, tanpa perlu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak relevan seperti penggunaan kipas angin.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alih-alih berfokus pada mitos yang tidak berdasar, masyarakat hendaknya lebih memperhatikan faktor-faktor risiko yang telah terbukti secara ilmiah. Prioritas harus diberikan pada riwayat genetik, pola makan yang tidak seimbang (tinggi purin, kurang serat), dan kurangnya hidrasi. Pencegahan asam urat yang paling efektif adalah melalui perubahan gaya hidup yang sehat, termasuk diet seimbang, asupan cairan yang cukup, menjaga berat badan ideal, dan konsultasi dengan tenaga medis profesional jika ada kekhawatiran mengenai kesehatan.