Keputusan penting ini tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Penghargaan ini menegaskan kembali kontribusi besar Soeharto terhadap kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Namun, di balik gelar kepahlawanan ini, tersembunyi sebuah fakta lain yang jarang diketahui publik secara luas: Presiden Soeharto juga merupakan salah satu dari hanya tiga tokoh militer yang menyandang pangkat Jenderal Besar, sebuah kehormatan tertinggi dalam kemiliteran Indonesia.
Gelar Kehormatan Ganda
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto menjadi sorotan utama, namun penting untuk diingat bahwa beliau telah lebih dulu mengukir sejarah dengan menyandang pangkat Jenderal Besar atau sering disebut Jenderal Bintang Lima. Pangkat ini bukanlah pangkat biasa yang dapat diraih oleh sembarang perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Status Jenderal Besar, Laksamana Besar, dan Marsekal Besar merupakan simbol pengabdian luar biasa dan pengakuan atas jasa-jasa yang tak terhingga.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1997, Pasal 7 Ayat (2a) secara gamblang menjelaskan kriteria penerima pangkat istimewa ini. Bunyi pasal tersebut menyatakan:
Pangkat Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia, Laksamana Besar Tentara Nasional Indonesia, dan Masekal Besar Tentara Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya diberikan kepada Perwira Tinggi yang sangat berjasa terhadap perkembangan bangsa dan negara pada umumnya dan Tentara Nasional Indonesia pada khususnya.
Penjelasan lebih lanjut dalam PP tersebut merinci bahwa perwira tinggi yang "sangat berjasa" mencakup beberapa kategori krusial:
- Perwira Tinggi terbaik yang tidak pernah mengenal berhenti dalam perjuangannya dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
- Perwira Tinggi terbaik yang pernah memimpin perang besar dan berhasil dalam pelaksanaan tugasnya.
- Perwira Tinggi terbaik yang telah meletakkan dasar-dasar perjuangan ABRI (TNI).
Presiden Soeharto dianugerahi pangkat Jenderal Besar pada 5 Oktober 1997, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52. Penganugerahan ini diberikan oleh presiden atas usul panglima ABRI saat itu, sebagai bentuk pengakuan atas rekam jejak beliau yang panjang dan penuh dedikasi sejak masa revolusi kemerdekaan hingga memimpin negara selama puluhan tahun.
Selain Soeharto, dua tokoh nasional dan militer lainnya yang juga menyandang pangkat Jenderal Besar adalah Jenderal Besar Soedirman dan Jenderal Besar Abdul Haris Nasution. Ketiga sosok ini dikenal karena peran monumental mereka dalam mempertahankan kedaulatan negara, memimpin perjuangan bersenjata, serta meletakkan fondasi kuat bagi angkatan bersenjata Indonesia.
Daftar Pahlawan Nasional 2025
Pada Hari Pahlawan tahun 2025 ini, selain Presiden Soeharto, sembilan tokoh nasional lainnya juga turut diberi gelar Pahlawan Nasional. Penganugerahan ini menunjukkan komitmen negara dalam menghargai jasa-jasa para individu yang telah berjuang dan berkorban demi kemajuan bangsa. Kesembilan tokoh tersebut meliputi:
- Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid (Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam). Dikenal luas sebagai Presiden keempat RI dan tokoh pluralisme.
- Almarhumah Marsinah (Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan). Aktivis buruh yang gugur dalam memperjuangkan hak-hak pekerja.
- Almarhum Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (Bidang Perjuangan Hukum dan Politik). Diplomat dan cendekiawan yang berjasa besar dalam hukum laut internasional.
- Almarhumah Hajjah Rahmah El Yunusiyyah (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam). Pelopor pendidikan perempuan dan pendiri Diniyyah Puteri.
- Almarhum Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Bidang Perjuangan Bersenjata). Tokoh militer yang memiliki peran penting dalam berbagai operasi keamanan negara.
- Almarhum Sultan Muhammad Salahuddin (Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi). Raja Bima XIV yang berjuang mempertahankan kedaulatan dan memajukan pendidikan.
- Almarhum Syaikhona Muhammad Kholil (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam). Ulama besar dari Madura yang menjadi guru bagi banyak tokoh ulama Nusantara.
- Almarhum Tuan Rondahaim Saragih (Bidang Perjuangan Bersenjata). Pahlawan dari Simalungun yang gigih melawan penjajahan.
- Almarhum Zainal Abidin Syah (Bidang Perjuangan Politik dan Diplomasi). Sultan Tidore yang berjuang keras mempertahankan wilayah Papua untuk Indonesia.
