
IDNEWSUPDATE.COM - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji menyoroti urgensi peran orang tua dalam mengatasi kasus perundungan anak dan isu kesehatan mental remaja yang kian marak. Pernyataan ini disampaikan dalam Diseminasi Nasional Pemutakhiran Pendataan Keluarga tahun 2025 di Jakarta pada Rabu, 26 November 2025.
Wihaji dengan tegas menyatakan bahwa anak-anak korban perundungan tidak patut disalahkan, melainkan tanggung jawab utama berada di pundak orang tua. Beliau mempertanyakan fokus orang tua yang seringkali terlalu terpaku pada urusan finansial.
"Kesehatan mental hari ini penting, kasus bullying itu tidak hanya anak-anak, mereka jangan pernah kita salahkan. Saya berpendapat anak tidak pernah bersalah karena itu kesalahan orang tua, ke mana orang tuanya? Apakah mencari duit terus? Apakah mencari duit untuk keluarga kah? Padahal kadang-kadang tidak untuk keluarga," kata Wihaji.
Mendukbangga mengungkapkan bahwa dari 74.092.313 keluarga yang terdata, sebanyak 46.739.887 keluarga memiliki remaja berusia 10-24 tahun yang belum menikah. Keresahan akan kesehatan mental para remaja ini menjadi perhatian serius, terutama terkait perasaan kesepian.
"Isu yang sekarang lagi ramai adalah kesehatan mental. Hati-hati, meski ini terlihat sederhana, tetapi hari ini lumayan, mereka yang berusia 10 sampai 24 tahun itu kesepian, ada orang tua seperti tidak ada, punya bapak tetapi seperti tidak punya bapak," paparnya.
Lebih lanjut, Wihaji menyoroti fenomena baru di mana telepon genggam telah menjelma menjadi "keluarga baru" bagi remaja. Kondisi ini, menurutnya, berpotensi menggantikan peran orang tua dalam pendampingan dan menjadi isu yang harus diwaspadai.
"Apa hasil riset kita? Mereka punya keluarga baru. Umur 10 sampai 24 tahun itu punya keluarga baru. Apa keluarga baru itu? Handphone, sekarang sudah menjadi orang tua mereka, sudah menjadi bapak mereka, hati-hati, ini sederhana tetapi penting," tuturnya.
Upaya Strategis Kemendukbangga
Menyikapi berbagai tantangan tersebut, Kemendukbangga/BKKBN memiliki peran sentral dalam mengubah perilaku keluarga dan mencegah perundungan serta kekerasan pada anak. Program bina keluarga remaja menjadi salah satu inisiatif kunci untuk tujuan ini.
"Ini urusan saya, karena urusan kita di Kemendukbangga/BKKBN adalah mengubah perilaku dan menggerakkan, memang terlihat sederhana, tetapi ini sangat penting," tegas Wihaji.
Melalui berbagai program yang berorientasi pada keluarga, Kemendukbangga/BKKBN berkomitmen untuk menguatkan fondasi keluarga sebagai lingkungan utama yang aman, mendukung, dan kondusif bagi perkembangan mental yang sehat bagi generasi muda Indonesia.