
IDNEWSUPDATE.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 164 jiwa meninggal dunia akibat serangkaian bencana hidrometeorologi yang melanda Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh dalam beberapa waktu terakhir. Data ini dirilis menyusul dampak cuaca ekstrem yang memicu longsor dan banjir di sejumlah wilayah tersebut, dengan jumlah korban terbanyak tercatat di Sumatra Utara.
Kepala BNPB Suharyanto dalam konferensi pers dari Bandara Silangit, Tapanuli Utara, pada Jumat, 28 November 2025, menjelaskan bahwa total ada 164 jiwa meninggal dunia, 79 orang hilang, dan 12 orang luka-luka akibat bencana ini. Sumatra Utara menjadi wilayah dengan dampak korban jiwa paling besar.
Di Sumatra Utara, tercatat 116 korban jiwa meninggal dunia dan 42 orang masih dinyatakan hilang. Korban-korban ini tersebar di beberapa daerah, meliputi:
- Tapanuli Utara: 11 orang
- Tapanuli Tengah: 51 orang
- Tapanuli Selatan: 32 orang
- Kota Sibolga: 17 orang
- Humbang Hasundutan: 6 orang
- Kota Padang Sidempuan: 1 orang
- Pakpak Barat: 2 orang
- Mandailing Natal: tidak melaporkan korban jiwa.
Suharyanto mengakui bahwa “Tentu saja data ini akan berkembang terus masih ada titik-titik yang belum ditembus. Yang diindikasikan di lokasi longsor itu mungkin juga ada korban jiwa.” Hal ini menunjukkan bahwa angka pasti bisa saja bertambah seiring upaya penelusuran di lapangan.
Dampak Meluas Bencana Hidrometeorologi di Tiga Provinsi
Sementara itu, di Provinsi Aceh, BNPB mencatat 35 korban meninggal dunia, 25 orang hilang, dan 8 orang luka-luka. Korban jiwa terbanyak berasal dari Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah. Pendataan masih terus berlangsung di beberapa wilayah lain seperti Aceh Timur, Aceh Singkil, dan Aceh Utara.
“Ini akan berkembang terus datanya. Dan sementara yang terdata ada 35 jiwa yang meninggal dunia,” kata Suharyanto, menegaskan proses validasi data yang masih berjalan. Bencana di Aceh juga menyebabkan pengungsian meluas di 20 kabupaten/kota, dengan 96 titik pengungsian di Kota Lhokseumawe. Hingga laporan terbaru, 4.846 Kepala Keluarga (KK) dilaporkan mengungsi. “Per sore ini yang mengungsi ada 4.846 KK,” ungkap Suharyanto.
Adapun di Sumatra Barat, bencana ini menelan 23 korban meninggal dunia, 12 orang hilang, dan 4 orang luka-luka. Para korban tersebar di beberapa wilayah seperti Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Kota Padang, serta Pasaman Barat. Pengungsian juga terjadi di 50 titik di Pesisir Selatan, 3 titik di Kota Padang, dan beberapa lokasi di Kabupaten Solok, Pasaman, dan Tanah Datar, dengan total sementara 3.900 KK yang mengungsi.
“Pengungsi terdata ada 3.900 KK. Yang terparah ada di Padang Pariaman, Tanah Datar, Kabupaten Solok dan Kota Padang,” terang Suharyanto. Bencana juga merusak infrastruktur vital, termasuk lima jembatan di Padang Pariaman dan memicu longsor pada jalur nasional Bukittinggi–Padang di Padang Panjang, serta jalur provinsi di Kabupaten Agam, yang sempat menjebak sekitar 200 kendaraan.
“Jalur nasional dari Bukittinggi menuju Padang ini ada satu titik longsor di Kota Padang Panjang,” jelas Suharyanto.