IDNEWSUPDATE.COM - Sebuah proyek infrastruktur vital China, Jembatan Hongqi sepanjang 758 meter di Provinsi Sichuan, ambruk secara dramatis pada Selasa (11/11/2025) setelah hanya tujuh bulan beroperasi penuh, memicu investigasi mendalam mengenai penyebab insiden tersebut. Peristiwa ini menyisakan pertanyaan besar di benak publik dan otoritas: apakah ini murni faktor alam ataukah ada kelemahan dalam desain dan konstruksi?
Insiden mengejutkan ini bermula sehari sebelum keruntuhan, ketika retakan mulai terdeteksi di permukaan jalan dan lereng penyangga jembatan. Pihak berwenang segera memberlakukan pembatasan lalu lintas, namun upaya ini tidak mampu mencegah yang tak terhindarkan. Sekitar pukul 15.00 waktu setempat, jembatan yang menghubungkan wilayah tengah China dengan Tibet ini runtuh total, menciptakan pemandangan reruntuhan beton dan kepulan asap tebal.
Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun luka dalam kejadian ini, meski kerugian material diperkirakan mencapai investasi awal sekitar 300 juta yuan (sekitar Rp660 miliar). Jembatan Hongqi, yang pembangunannya selesai pada Januari dan dibuka resmi pada April, merupakan bagian dari proyek jalan nasional utama yang diawasi ketat oleh Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara (SASAC). Konstruksi dan desainnya ditangani oleh Chengdu Engineering Corporation, anak perusahaan negara di bawah China Power Construction Corporation.
Debat Panas: Kekuatan Alam vs. Integritas Desain
Pasca insiden, otoritas kota melalui media China segera merilis hasil investigasi awal yang menyimpulkan bahwa keruntuhan disebabkan oleh pergeseran tanah yang longsor dari gunung terdekat. Biro transportasi prefektur secara tegas menyatakan bahwa insiden tersebut "tidak disebabkan oleh masalah kualitas jembatan."
Namun, narasi resmi ini disambut skeptisisme luas di kalangan publik dan para ahli. "Ini salah gunungnya," sindir seorang pengguna dari Shanghai saat melihat laporan insiden itu, dikutip The Straits Times. Pengguna lain menambahkan, "Itu jelas kesalahan desain; bagaimana bisa perubahan di sisi gunung disalahin? Apa ada gunung yang tidak berubah bentuk?"
Seorang ahli jembatan, dikutip media Jumu News, menekankan pentingnya survei geologi menyeluruh sebelum penentuan jalur. "Jika rute Jembatan Hongqi paling optimal, maka fokus seharusnya pada pengelolaan lereng," ujarnya, menyoroti potensi kegagalan dalam mitigasi risiko geologis.
Prefektur Otonom Tibet dan Qiang Ngawa, tempat jembatan ini berdiri, memang dikenal sebagai wilayah rawan gempa dan tanah longsor karena lokasinya di atas patahan besar. Tim proyek sendiri menghadapi tantangan luar biasa selama pembangunan, termasuk medan yang curam, suhu rendah, dan ketinggian ekstrem. Namun, fakta bahwa artikel WeChat yang merinci tantangan ini dan diterbitkan oleh Sichuan Road and Bridge Corporation kini tidak dapat diakses lagi menambah kecurigaan publik.
Hingga saat ini, pemerintah China masih melakukan penyelidikan lebih lanjut, dan belum ada pernyataan resmi final mengenai penyebab pasti keruntuhan jembatan berusia muda ini. Publik menunggu jawaban yang transparan.
