IDNEWSUPDATE.COM - Sebuah destinasi wisata populer di Puncak Bogor, Agrowisata Gunung Mas, menawarkan pengalaman suhu ekstrem hingga 14 derajat Celsius, namun kini tengah menghadapi tantangan serius terkait isu administrasi dan penyegelan yang mengancam kelangsungan operasionalnya
Bogor, yang kerap dijuluki Kota Hujan, memang memiliki daya tarik tersendiri dengan udara pegunungannya yang menyegarkan, terutama di kawasan Puncak. Namun, Agrowisata Gunung Mas, yang terletak di tengah bentangan perbukitan teh, membawa pengalaman kesejukan ini ke tingkat yang lebih ekstrem.
Bagi banyak pelancong, sensasi dingin yang pekat ini menjadi daya tarik utama, menawarkan pelarian sempurna dari hiruk pikuk perkotaan di tengah suhu yang bisa menyentuh angka 14 derajat Celsius, sebuah sensasi yang benar-benar menusuk tulang, terutama saat malam tiba.
Salah seorang pengunjung, Sutriyanto, yang pernah merasakan langsung keunikan suhu ini pada tahun 2024, mengisahkan pengalamannya. Ia berbagi, Ketika malam tiba memang benar udaranya begitu dingin apalagi ditambah hujan waktu sore. Sungguh dingin sekali. Jangan lupa bawa selimut tebal supaya tidak kedinginan saat bermalam
, menggambarkan betapa intensnya hawa dingin yang meliputi area tersebut.
Namun, bukan hanya udara yang memikat wisatawan. Pemandangan hamparan kebun teh yang menghijau, seringkali diselimuti kabut tipis di pagi hari, menciptakan suasana yang magis dan menenangkan. Aktivitas menjelajahi perkebunan teh yang luas hingga melintasi Jembatan Teh (Tea Bridge) yang ikonik menjadi agenda wajib bagi para pelancong. Jembatan Teh, sebuah struktur memukau yang melengkung di atas lautan hijau, tidak hanya berfungsi sebagai jalur penjelajahan tetapi juga menjadi spot foto favorit yang Instagramable, memungkinkan pengunjung berinteraksi langsung dengan keindahan alam. Setiap sudut menawarkan kesempatan sempurna untuk mengabadikan keindahan alam tersebut, sehingga disarankan untuk selalu menyiapkan kapasitas memori ponsel yang cukup.
Selain pemandangan dan kesejukan, Agrowisata Gunung Mas juga dikenal menawarkan beragam aktivitas rekreasi dengan harga yang relatif terjangkau. Pengunjung dapat menikmati berbagai kegiatan seperti trekking ringan di antara pohon teh, menikmati teh hangat di kafe dengan pemandangan menakjubkan, hingga mencoba berbagai wahana permainan.
Harry Sudarsono, seorang pengunjung, memuji kelengkapan fasilitas penunjang seperti beragam pilihan kuliner dan area parkir yang luas, menambah kenyamanan kunjungan. Sementara itu, Mponk Kamala menyebutkan daya tarik utama kunjungan singkatnya adalah arena gokart yang menawarkan keseruan tanpa harus menguras dompet, menunjukkan daya tarik Gunung Mas yang multifaceted.
Di balik gemerlap popularitas dan ulasan positif yang bertebaran di internet, Agrowisata Gunung Mas ternyata tengah didera permasalahan serius, sebuah ironi di tengah reputasinya sebagai destinasi favorit. Pada Maret 2024, operasional PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 2 selaku pengelola, secara resmi disegel oleh Gubernur Jawa Barat kala itu, Dedi Mulyadi.
Tindakan penyegelan ini bukan tanpa alasan; tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi lahan sebagai area resapan air penting di kawasan Puncak, sambil menunggu hasil penyelidikan terkait dugaan pelanggaran administrasi. Lahan di Puncak Bogor memang krusial bagi keseimbangan ekosistem dan penyediaan air bagi wilayah di bawahnya, sehingga pelanggaran fungsi lahan menjadi isu yang sangat sensitif dan mendesak.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jawa Barat, Ade Afriandi, menegaskan bahwa langkah pembongkaran bangunan baru akan ditempuh jika terbukti adanya pelanggaran dalam aspek perizinan. Meskipun demikian, fakta di lapangan menunjukkan hal yang kontradiktif: Agrowisata Gunung Mas dilaporkan masih beroperasi secara normal, seolah tak terpengaruh oleh status penyegelan tersebut. Wisatawan tetap berdatangan, menikmati segala fasilitas yang ditawarkan, sebuah situasi yang tentu memunculkan pertanyaan besar mengenai efektivitas penegakan hukum dan pengawasan terhadap operasional tempat wisata.
Batas waktu pembongkaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah jatuh pada bulan Agustus 2025. Namun, hingga kini, roda kegiatan wisata di Agrowisata Gunung Mas tetap berputar tanpa henti. Popularitas yang tak lekang oleh waktu dan derasnya ulasan positif di platform seperti Google disinyalir menjadi penopang utama keberlangsungan operasional destinasi ini.
Kombinasi daya tarik yang kuat, mulai dari sensasi suhu terdingin di Puncak, keindahan alam yang memukau, hingga beragam aktivitas hiburan yang ramah di kantong, menjadi formula ampuh yang terus menarik minat pengunjung, bahkan di tengah ketidakpastian administratif yang melingkupinya. Keberadaan Agrowisata Gunung Mas sebagai magnet wisatawan nampaknya akan terus berlanjut, setidaknya hingga batas waktu yang ditentukan tiba, menciptakan dilema antara popularitas dan penegakan regulasi.
