Survei yang dilakukan oleh Intuit terhadap 1.500 orang dewasa di AS ini menyoroti bagaimana aspek keuangan kini semakin berperan penting dalam membentuk dinamika percintaan. Dari menentukan anggaran untuk malam kencan hingga memutuskan siapa yang harus membayar, uang telah menjadi faktor dominan. Secara keseluruhan, 51 persen responden dewasa mengakui bahwa mereka kini jarang berkencan karena alasan ekonomi, dengan Gen Z menjadi kelompok yang paling terdampak, mencapai angka 58 persen.
Yang paling mencolok, sebanyak 31 persen dari Gen Z secara terang-terangan mengakui bahwa motif utama mereka berkencan adalah untuk mendapatkan makanan gratis. "Bagi generasi Z, uang dan keamanan finansial telah menjadi kekuatan utama dalam berpacaran, karena keduanya mewakili stabilitas," ujar Ashleigh Ewald, seorang Gen Z, seperti dilansir dari New York Post. Pernyataan ini cukup beralasan, mengingat hampir separuh dari Gen Z dan Milenial di AS melaporkan merasa tidak aman secara finansial.
Kondisi ekonomi yang serba tidak pasti ini mendorong Gen Z untuk mencari cara-cara inovatif dan hemat dalam berkencan. Kencan tidak lagi harus identik dengan makan malam mewah atau hadiah mahal. Sebaliknya, ide-ide kencan yang ramah di kantong semakin populer, mulai dari makan malam buatan rumah hingga melakukan pekerjaan sampingan bersama pasangan. Jason Lee, pendiri aplikasi kencan LoveTrack, mengamati bahwa Gen Z cenderung lebih hemat dan kreatif dalam urusan kencan. Ide-ide kencan favorit di aplikasinya meliputi berburu harta karun, piknik di taman, atau sekadar menonton film di rumah.
Selain itu, konsep split bill (berbagi biaya), berbagi ongkos transportasi, hingga membeli minuman masing-masing telah menjadi norma baru di kalangan Gen Z. Ini merefleksikan pergeseran nilai di mana kemandirian finansial dan kesetaraan menjadi lebih dihargai dalam hubungan. Psikolog dan ahli hubungan, Sabrina Romanoff, menegaskan bahwa meskipun dinamika keuangan dalam berkencan bukanlah hal baru, tren ini telah meningkat secara signifikan belakangan ini. "Secara historis, wanita cenderung berkencan dengan pria yang berpendidikan tinggi atau setidaknya memiliki pendapatan yang sama atau lebih," kata Romanoff.
Kencan yang Semakin Transaksional
Pergeseran ini juga mengubah ekspektasi terhadap suatu kencan. Jika dulu kencan pertama seringkali diwarnai harapan akan masa depan potensial dan hubungan jangka panjang, kini ekspektasinya bisa jauh lebih sederhana. Romanoff menambahkan, "Sedangkan sekarang, orang mungkin memiliki ekspektasi yang lebih sederhana, seperti makan gratis." Pernyataan ini menunjukkan betapa pragmatisnya Gen Z dalam menghadapi realita. Kencan bukan lagi semata-mata romantisme, melainkan juga bagian dari strategi pengelolaan anggaran pribadi.
Fenomena ini bukan sekadar anekdot, melainkan cerminan dari tekanan ekonomi yang memengaruhi keputusan pribadi, termasuk dalam ranah percintaan. Gen Z, yang dikenal sebagai generasi digital, kini juga menunjukkan diri sebagai generasi yang sangat sadar finansial. Mereka tidak segan untuk mencari cara agar bisa menikmati momen bersama tanpa harus menguras dompet, bahkan jika itu berarti menggunakan kencan sebagai kesempatan untuk menghemat biaya makan. Ini adalah adaptasi yang cerdas namun sekaligus menyiratkan tantangan ekonomi yang lebih luas yang harus dihadapi oleh generasi muda saat ini.
