![]() |
Oleh: Muhammad Rafy Bremara
IDNEWSUPDATE— Lembaga pendidikan AR Learning menggelar kegiatan Penyuluhan Jurnalistik dan Kepenulisan secara daring melalui Zoom Meeting pada Minggu, 26 Oktober 2025. Kegiatan bertema “Menjadi Jurnalis dan Penulis Anti Hoax dalam Membangun Peradaban Literasi” ini menghadirkan Aditya sebagai pembicara utama sekaligus pemateri.
Pelatihan bertajuk Diklat Jurnalistik dan Kepenulisan ini bertujuan membekali peserta dengan pemahaman komprehensif mengenai dunia jurnalistik modern, mulai dari dasar-dasar penulisan berita, etika profesi, hingga peran media dalam membangun masyarakat yang cerdas dan berintegritas. Dalam pemaparannya, Aditya menegaskan bahwa peran jurnalis dan penulis sangat penting dalam menjaga kebenaran informasi di tengah derasnya arus hoaks di dunia digital.
“Menjadi jurnalis bukan hanya tentang menulis berita, tetapi juga menjaga kepercayaan publik. Seorang jurnalis sejati harus skeptis, aktif, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman,” ujar Aditya dalam sesi pembukaan.
Melalui diklat ini, peserta diajak memahami berbagai aspek penting dunia jurnalistik. Mereka diperkenalkan dengan jurnalistik investigatif, teknik pengumpulan data, tantangan profesi wartawan di Indonesia, serta kekuatan media dalam membentuk opini publik. Aditya juga menekankan pentingnya penguasaan nilai berita, seperti objektivitas, aktualitas, dan kedekatan dengan pembaca, serta anatomi berita yang terdiri dari judul, lead, dan tubuh berita dengan struktur piramida terbalik agar informasi mudah dipahami pembaca.
Selain teori, pelatihan ini juga membekali peserta dengan keterampilan praktis. Melalui kegiatan ini, peserta diharapkan mampu menulis berita tentang kegiatan usaha dan dinamika sosial di lingkungannya sesuai kaidah jurnalistik; berperan sebagai pengawas sosial terhadap pembangunan di daerahnya; serta menjalin kerja sama dengan media online untuk mengembangkan usaha dan karier. Bagi wartawan pemula, diklat ini juga menjadi ajang persiapan mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW).
Dalam sesi interaktif, Aditya mengajak peserta menjawab pertanyaan mendasar: “Mengapa harus menjadi jurnalis atau penulis?” Menurutnya, profesi jurnalis tidak sekadar melaporkan peristiwa, tetapi juga menjadi mata, telinga, sekaligus suara masyarakat. Ia menjelaskan bahwa seorang jurnalis yang baik harus mampu melihat peristiwa dengan mata segar, menangkap aspek human interest, dan memberi makna terhadap setiap fakta yang ditemuinya.
Materi penyuluhan juga mengupas tuntas tentang jenis-jenis berita, mulai dari straight news atau berita keras, soft news yang ringan, hingga feature yang menonjolkan sisi kemanusiaan. Peserta diajak memahami bagaimana berita dikategorikan berdasarkan nilai faktual, kelayakan publikasi, serta dampak sosialnya. Selain itu, Aditya menekankan pentingnya prinsip 5W + 1H (Who, What, Where, When, Why, dan How) sebagai fondasi utama dalam menyusun berita yang akurat dan terpercaya.
Sebagai bentuk evaluasi, peserta diberikan tugas praktik lapangan, antara lain menulis berita atau artikel tentang pelatihan Certified Indonesian Journalist dari AR Learning Center dan mengirimkannya ke media nasional, membuat video testimoni berdurasi 1–3 menit tentang pengalaman pelatihan, serta menyusun laporan wawancara dengan narasumber pilihan lengkap dengan dokumentasi foto dan identitas lembaga.
Kegiatan penyuluhan ini mendapat sambutan positif dari peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka antusias mengikuti sesi tanya jawab dan diskusi interaktif yang dipandu langsung oleh tim AR Learning. Selama dua jam, ruang Zoom menjadi ajang bertukar ide dan pengalaman antara calon jurnalis muda dan praktisi berpengalaman.
Di akhir acara, Aditya menegaskan pentingnya melahirkan generasi baru yang melek literasi dan bertanggung jawab terhadap informasi yang disebarkan.
“Kami ingin membentuk penulis dan jurnalis yang tidak hanya pandai menulis, tetapi juga berani berpikir kritis, anti-hoaks, dan memiliki integritas dalam menjaga kebenaran,” tutupnya.
Melalui program penyuluhan ini, AR Learning berkomitmen untuk terus mendorong terciptanya ekosistem literasi yang kuat dan berkelanjutan di Indonesia, sekaligus memperkuat posisi jurnalisme sebagai garda depan dalam membangun masyarakat yang cerdas, kritis, dan berbudaya informasi.
