Faktor Kritis Pemicu Bencana Aceh dan Sumatra Dibeberkan Badan Geologi

Foto udara atau close-up yang menunjukkan area banjir bandang dengan aliran air keruh membawa kayu gelondongan, terlihat di tengah lanskap perbukitan yang curam di wilayah Sumatra.

IDNEWSUPDATE.COM -  Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru-baru ini mengumumkan tiga faktor utama yang menjadi pemicu serangkaian bencana banjir bandang dan tanah longsor di berbagai wilayah Aceh hingga Sumatra. Fenomena alam ini, yang telah menimbulkan dampak signifikan, dijelaskan sebagai hasil interaksi kompleks antara curah hujan ekstrem dan kondisi geologis setempat.

Plt. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Lana Saria, merinci bahwa bencana yang melanda lima kabupaten, yaitu Humbang Hasudutan, Agam, Mandailing Natal, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara, utamanya disebabkan oleh curah hujan tinggi hingga ekstrem. Faktor dominan ini diperparah oleh kondisi geomorfologi yang curam serta jenis batuan (litologi) yang lapuk dan mudah tererosi, menjadikan wilayah tersebut sangat rentan terhadap gerakan tanah.

Dalam upaya mitigasi, Lana Saria menekankan pentingnya peningkatan kapasitas masyarakat di desa-desa rawan bencana. Ia menyatakan, "Peningkatan kapasitas masyarakat desa rawan bencana melalui identifikasi tanda awal longsor, jalur evakuasi, serta revitalisasi vegetasi lereng menjadi fondasi pencegahan di tingkat tapak. Pengendalian tata guna lahan pada lereng curam termasuk pembatasan pembukaan lahan baru dan perbaikan drainase permukaan merupakan langkah struktural yang sangat menentukan dalam menurunkan risiko pada kawasan permukiman."

Terkait longsor di dua kabupaten di Sumatra Utara, Lana menambahkan bahwa lokasi kejadian umumnya berada di kawasan perbukitan yang sangat curam mengelilingi Kota Sibolga, khususnya di sisi timur-selatan. Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Kota Sibolga secara umum berada pada zona potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi, menunjukkan frekuensi kejadian yang mungkin.

Peringatan Dini dan Ancaman Cuaca Ekstrem dari BMKG

Sejalan dengan temuan Badan Geologi, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, juga menyampaikan analisis mengenai perkembangan Bibit Siklon Tropis 95B. Bibit siklon ini terdeteksi sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh, Selat Malaka, dan diidentifikasi meningkatkan intensitasnya, memicu potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga ekstrem serta angin kencang di Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Barat, dan Riau.

BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk meningkatkan kewaspadaan. Teuku Faisal Fathani menegaskan, "Masyarakat di wilayah terdampak diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem akibat dampak dari Bibit Siklon 95B.  Saat ini BMKG terus memantau intensitas 95B dan meminta stakeholder terkait untuk memastikan langkah mitigasi demi meminimalisir hal yang tidak diinginkan." 

Selain itu, BMKG juga mendeteksi keberadaan Meso Siklon Konvektif Kompleks (MCC) di Samudra Hindia barat Sumatra, yang berpotensi memicu bencana susulan, khususnya di Mandailing Natal, Sumatra Utara, dan sebagian besar Sumatera Barat. MCC dikenal sebagai sistem badai petir berskala besar yang dapat menimbulkan hujan intensitas sangat tinggi dalam durasi panjang, angin kencang, hingga hujan es.